Hobi
nonton gue tuh udah level yang sering banget kelayapan SENDIRIAN di bioskop
buat nonton marathon beberapa film sekaligus. Anak-anak biasanya gue tinggal
buat dijagain ama Abah hahaha. Iya, sampai segitunya demi bisa nonton ke
bioskop.
Kenapa
sendirian? Karena Abah tuh kalo diajak nonton ke bioskop bawaannya tidur
melulu. Ini serius, menurut Abah bioskop itu tempat yang terlalu sejuk dan
nyaman buat dipake nonton, enaknya dipake tidur. Sakit hati banget gue ama
opini Abah tersebut, sehingga gue udah gak sudi lagi nonton ke bioskop bareng
Abah hahaha.
Beberapa
kali mau nonton bareng temen, tapi biasanya sih berakhir kecewa karena hanya
wacana belaka. Ujung-ujungnya mah batal. Sering banget nih kejadian. Udah
diniatin buat nonton film tertentu, rencana aja terus sampai filmnya akhirnya
turun dan gak tayang lagi. Kesel banget lah. Akhirnya gue pun memilih untuk nonton
sendirian aja.
Menurut
gue sih, Intinya emang gak mudah buat nyari temen yang bener-bener suka nonton
dan beneran konsisten kalo diajak janjian buat nonton. Makanya gue bahagiaaaa
banget ketika pada akhirnya bisa bergabung di Komunitas Forum Film Bandung dan bertemu
sama temen-temen yang sama-sama hobi nonton.
Setelah
selesai menonton, biasanya sih kita berdiskusi ngebahas film tersebut sembari
nongkrong ngopi atau makan di resto atau café yang lagi ada cashback-nya
hahaha. Yeay, aku tydack terlunta-lunta nonton sendirian lagi!
Diskusi
seputar film bersama temen-temen FFB juga selalu menarik, karena kita gak
selalu sependapat. Setelah selesai menonton, reaksinya selalu berbeda-beda. Ada
yang berasa mellow sembari berderai air mata, ada yang berasanya biasa aja, ada
juga yang berasa terinspirasi, pokoknya seru deh. Gue sih berasanya selalu
dapet insight baru dan perspektif yang berbeda setelah selesai berdiskusi.
Lembaga Sensor Film - Sosialisasi Permendikbud no. 14 Thn 2019
Hal
lain yang bikin gue bersemangat gabung di Komunitas Forum Film Bandung adalah
karena kita juga sering dilibatkan di event-event perfilman yang sedang
berlangsung. Beberapa waktu yang lalu gue hadir di acara Sosialisasi
Permendikmud Nomor 14 Tahun 2019 tentang Pedoman dan Kriteria Penyensoran
Penggolongan Usia Penonton dan Penarikan Film dan Iklan Film dari Peredaran.
Acara
yang diselenggarakan pada tanggal 27 Juli 2019 tersebut berlangsung di Ruang
Majapahit Hotel Aston Bandung. Para nara sumber yang hadir benar-benar
menguasai bidangnya dan memperluas wawasan sekali yaitu :
Drg. Rommy Fibri Hardianto - Anggota Komisi Bidang Hukum dan Advokasi LSF
Narwanto, S.H - Biro Hukum & Organisasi Kemendikbud RI
Prof. Zaitunah Subhan - Ketua Komisi II Bidang Hukum dan Advokasi LSF
Acara tersebut dipandu oleh Raja Lubis sebagai MC dan Eddy D Iskandar (Penulis Novel & Skenario, Ketua Umum Forum Film Bandung) sebagai moderator.
Drg. Rommy Fibri Hardianto - Anggota Komisi Bidang Hukum dan Advokasi LSF
Narwanto, S.H - Biro Hukum & Organisasi Kemendikbud RI
Prof. Zaitunah Subhan - Ketua Komisi II Bidang Hukum dan Advokasi LSF
Acara tersebut dipandu oleh Raja Lubis sebagai MC dan Eddy D Iskandar (Penulis Novel & Skenario, Ketua Umum Forum Film Bandung) sebagai moderator.
Pentingnya Membentuk
Sensor Mandiri
Hal
menarik yang patut digarisbawahi dari acara tersebut adalah bagaimana kita
sebagai orang tua harus mampu membentuk sensor mandiri bagi anak kita. Gak bisa
terus-terusan mengandalkan pemerintah atau lingkungan sekitar. Harus dari orang
tua dong.
Sensor
mandiri adalah perilaku secara sadar dalam memilah dan memilih tontonan. Hal
tersebut perlu diperhatikan karena di era digital seperti sekarang ini kita
dapat menonton film APA SAJA dan KAPAN SAJA. Berkat teknologi kita bahkan bisa
menonton film DI MANA SAJA dan dengan SIAPA SAJA.
Dalam
hal ini bimbingan orang tua memang memiliki peran penting dalam bentuk sensor
mandiri pada anak. Bagaimana sih caranya memilah dan memilih tontonan yang
sesuai?
Cara Membentuk Sensor Mandiri
Mulailah
untuk mempertanyakan beberapa hal sebelum menonton. Film tersebut untuk usia
berapa? Film tentang apa? Bagaimanakah gambar, adegan, dialog dan suara dalam
film? Adakah hikmah yang dapat diambil dari film tersebut?
Anak
juga harus dikenalkan norma sedini mungkin sehingga dapat dibimbing dalam
bertindak sesuai dengan aturan dalam bermasyarakat. Norma juga bertindak
sebagai pedoman untuk terhindar dari pengaruh negatif yang tersebar di berbagai
konten. Sensor mandiri juga dapat dijadikan sarana untuk membentuk tangggung
jawab anak terhadap dirinya sendiri.
Dan
yang paling penting adalah anak juga perlu diajarkan untuk membedakan antara
dunia maya yang ada di layar kaca dengan kehidupan nyata yang dijalaninya.
Pastinya setiap anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Dengan segala kemudahan
akses untuk mendapat informasi via online, orang tua harus bisa memberikan
batasan yang tepat sesuai dengan usia anak.
Apalagi
zaman sekarang banyak sekali youtuber-youtuber dengan konten caper yang niatnya
emang murni hanya untuk mendulang adsens doang dan gak peduli sama efeknya buat
penonton. Sebagai orang tua, jelas kita gak bisa mengendalikan konten mereka.
Anak kitalah yang harus diajarkan untuk memilih tontonan.
Sensor Mandiri Berawal dari Rumah
Gue
masih teringat ketika zaman Kayla masih TK, sedang marak beredar sinetron gerombolan
anak SMA kecentilan yang suka bully-bully gitu lah. Dan emang beneran sih hampir
semua temen Kayla di komplek rumah pada nonton sinetron itu, cuma Kayla aja
yang gak nonton karena gak dibolehin mamanya hahaha. Awalnya kasihan sih melihat Kayla merasa tersisih ketika temen-temennya pada ngebahas sinetron itu. Tapi gue
berusaha untuk tegas. Anak TK mah nontonnya Dunia Elmo atau Jalan Sesama aja.
Kayla
baru gue izinkan untuk nonton sinetron ketika udah masuk SMP, itu pun biasanya
cuma FTV doang dan nontonnya bareng ama gue. Biasanya sih, sepanjang nonton dia
ngomel atau nyela adegan-adegan yang sedang
ditayangkan sih hahaha. Tapi tetep ditonton juga! Ya biarin lah, yang penting
dia udah mulai kritis dan paham bahwa yang dia tonton itu kebanyakan hanya
fiktif belaka.
Untuk
Fathir zamannya sudah berbeda dengan Kayla karena mulai mainan youtube.
Kontrolnya harus lebih ketat. Jam nge-youtube dan main game tentu saja
dibatasi. Saat ini banyak youtuber gaming yang ngebahas game tertentu dan membuat Fathir tergoda. Sampai saat ini Fathir masih berdebat ama Abah mengapa dia belum
diizinkan main game tertentu seperti Free Fire, Mobile Legend dan PUBG sedangkan
teman-temannya pada main semua.
Untuk urusan game memang didelegasikan kepada
Abah untuk menyeleksi karena gue kurang paham. Walaupun anaknya sudah merengek,
membujuk dan merayu tapi gue dan Abah masih tetap tak bergeming dan belum kasih izin sih.
Memang
semuanya berawal dari rumah yah. Semoga anak-anak kita kelak bisa kuat dan
gagah berani menghadapi kerasnya dunia di luar sana. Ayok para orang tua mari kita
sama-sama melakukan Sensor Mandiri sebaga filter di era digital!
Aku teh sekali-kalinya tidur pas nonton yg avatar itu mana dapat duduk paling depan, durasi filmnya lama tapi untungnya ya dibayarin temen jadi ga rugi amat kalau di bioskop numpang tidur emang beneran adem wkwkwkwk
ReplyDeleteMak, dirimu dan Abah hebat banget bisa menasehati Fathir supaya engga main game yg keras2 gitu. Aku terus terang sering kecolongan soal games ini, karena ya anakku (sekarang kls 7 SMP) udah main game PUBG dll gitu
ReplyDeleteHufttt, susahnya jadi parents zaman now.
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Tantangannya jadi orang tua emang luar biasa ya Mbak. Dari tulisan Mbak, aku belajar bagaimana menyensor film untuk anak, apalagi anakku masih batita gini.
ReplyDeleteSama suka kesal kalau ada ortu yg ngajak anaknya nonton film dewasa, sudah dibilangin baik2 pun kadang ngeyel ��
ReplyDeleteAkupun pernah ketiduran di bioskop, sekali aja itu, waktu film minion. Nontonnya jam 8 malem, tiba2 ngantuk haha.
ReplyDeleteAnak-anakku sekarang liatnya youtube, semoga saja yang mereka lihat adalah hal2 yang positif. Jadi orang tua kadang suka was-was, tapi karena mereka udah gede ya cuma bisa kasih wejangan2 aja sih sekarang.
Hahaha mba sama, suami aku itu tipe yang nggak bisa diajak nonton ke bioskop jadi aku kalau pengen nonton harus cari temen. Soalnya aku juga ga mau nonton sedirian wkwkwk. Aku setuju banget yang mba tulis di atas bahwa kita perlu mengajarkan anak sensor mandiri pada anak kita dan itu harus dikenalkan dari kecil. Anak aku kalau nonton di rumah suka nanya "bunda ini filmnya buat anak kecil?; dan aku seneng dia paham mana tonton yang boleh untuk dia mana yang tidak
ReplyDeleteEmaknya yang jadi Lembaga Sensor Film Keluarga ya bukan Ahmad Yani Basuki lagi hihihih itu mah Ketua Lembaga Sensor FIlm Nasional
ReplyDeleteSetuju banget teh kita harus disiplin menetapkan sensor mandiri buat materi yang ditonton anak apalagi YouTube tuh aduhhh
ReplyDeleteIya, memilih tontonan jadi tanggung jawab orang tua ya ke anak. Gak cuma film bioskop atau tontonan tv aja. Youtube juga kudu sambil diliatin.
ReplyDeleteSaya sealiran sama Abah nih, kalau udah masuk bioskop, duduk di kursi empuk, kena hawa sejuk, lampunya redup, lalu kantukpun datang
ReplyDeleteWkwkwkw, abah kayak ayahnya Keke dan Nai, nih! Kalau di bioskop seringnya tidur hahaha.
ReplyDeleteSaya pun setuju dengan sensor mandiri. Ini semacam mengajarkan anak untuk bisa belajar membentengi diri sendiri. Kan gak mungkin juga kita yang terus bantuin mereka memilah mana yang baik, mana yang benar
Bener banget semua tonggak pertahanan berawal dari rumah. Dari kecil anakku uda di beri asupan norma2 wkwkwkwk
ReplyDeleteNah aku pernah koment nih di situs Lembaga Sensor Film, kalau edukasi sensor mandiri harus mulai di sosialisasikan terutama dalam keluarga, agar masing-masing individu memiliki batas pertahanan diri sendiri untuk memilih konten atau tontonan yang sesuai dengan usianya, soalnya ngak selalu orangtua ada di dekat mereka, apalagi arus informasi, konten, dan film saat ini mudah banget di akses.
ReplyDeleteIni bener banget mba tontonan anak sangat mempegaruhi perilakunya.. tugas orang tua nih buat menyortir biar tonyonan anak aman dan mengedukasi
ReplyDeleteSenang banget kalau ada acara kek gini juga di Surabaya
ReplyDeleteJadi bisa mendapat wawasan soal film bagus
Iya sih ya memang semuanya berawal dari rumah. Sensor mandiri harus dibiasakan oleh orang tua.
ReplyDeleteHahaha iyaa pe er banget nih buat bimbing anak saat nonton, termasuk milih2 tontonan. Suka lucu tapi sedih gitu anak2 kecil jaman sekarang terpengaruh sama sinetron atau yutub receh.
ReplyDeleteBtw aku juga sering ngantuk sih kalau lagi nonton di bioskop hahaha maafkan.
Penting banget ya Mbak sensor mandiri ini. Dan emang dari rumah sih semua berawal. Sebagai orangtua zaman now tantangannya juga berat. Konten YouTube dan media internet lain bisa diakses anak tanpa batas...
ReplyDeleteBener nie.. Pengaruh banget saat ini tontonan anak2 di TV maupun internet yang harus bisa kita sensor sebagai ortu
ReplyDeleteBtw aku kok kayak si abah ya. Kalau ke bioskop pasti bobok. Wkwkwkwk
ReplyDeleteSekarang anak-anak udah jarang nonton teve karena nontonnya YouTube dan itu lebih sulit lagi sensor ya. Walopun udah pake mode restricted, tetap aja kecolongan. Makanya memang penting nih sensor Mandiri.
ReplyDeleteBener banget, semua balik ke kesadaran diri sendiri yang harusnya tau ini film atau tontonan cocok nggak buat anak kita, karena kita paling paham anak kita
ReplyDeleteBtw, aku juga suka nonton sendiri, bawa suami suka rewel kalau dia ga cocok sama filmnya, tapi ga pernah tidur sih dia di bioskop