Selama
ini sih kalau berhubungan dengan uang, gue jarang membahasnya secara serius dengan anak-anak.
Biasanya gue hanya memberi Kayla dan Fathir uang jajan seperlunya ketika berangkat
sekolah dan setiap malam ditanya uangnya dipakai untuk jajan apa saja. Udah itu
aja sih.
Sesekali
memang mereka menerima uang yang jumlahnya agak besar. Biasanya ketika lebaran
karena banyak saudara yang memberi THR. Atau beberapa waktu yang lalu ketika
Fathir disunat, banyak yang ngasih amplop tuh hahaha.
Tapi
lagi-lagi gue jarang membahas pemakaian uang mereka secara serius. Gue
cenderung untuk membebaskan mereka untuk membelanjakan uang tersebut, paling gue
hanya sebatas mengingatkan untuk ditabung sebagian. Tidak pernah terbersit sedikit pun dalam benak gue untuk memotivasi mereka untuk menghasilkan sesuatu dari uang yang mereka miliki. Atau minimal diajak diskusi, selain membeli sesuatu enaknya uang tersebut dipakai untuk apa. Gak pernah! Duh, terlalu abai aku tuh!
Talkshow
Parenting Anak Terampil Kelola Uang di Era Digital
Beberapa
waktu yang lalu gue hadir di acara Talkshow Parenting yang diadakan oleh
Prestasi Junior Indonesia dan Citi Indonesia dengan tema : Anak Terampil Kelola
Uang di Era Digital.
Acara
yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 17 Januari 2019 tersebut dihadiri
oleh kurang lebih 100 orangtua murid dari kelas 3 sampai dengan 5 dari SDN 191
babakan Surabaya Bandung. Seru dan rusuh
sekali ibu-ibu ini mengikuti acaranya.
Acara
dibuka oleh Bapak. Agus Susanto selaku Deputy Executive Director Prestasi
Junior Indonesia yang menjelaskan tentang betapa pentingnya literasi keuangan
dikenalkan sejak dini. Anak-anak perlu diajarkan tentang pengelolaan uang agar
di kemudian hari sang anak tidak boros dan konsumtif.
Ibu
Elvera N Makki selaku Country Head of Corporate Affairs Citi Indonesia
menambahkan bahwa sang anak diharapkan sedari kecil sudah mampu untuk
membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Sehingga ketika beranjak dewasa sang
anak mampu dan terbiasa untuk mengambil keputusan financial yang bijak dan
sesuai dengan kebutuhan.
Pada
acara tersebut hadir juga Ibu. Roslina Verauli M. PSI selaku Psikologi Anak dan
Keluarga beserta Ibu. Prita Hapsari Ghozie, SE GCertFO, CFP sebagai Financial
Planner yang memberikan berbagai masukan kepada para peserta seputar literasi
keuangan. Berbagai pertanyaan diajukan oleh para ibu-ibu.
Setelah
mengikuti talkshow, para orang tua diharapkan dapat mengenali perilaku
konsumtif pada anak serta dampak negatif jangka panjang jika hal tersebut
terjadi secara terus menerus. Salah seorang perserta bertanya, mengapakah
anaknya sering memaksakan kehendak untuk membeli suatu barang yang sama
(kembaran) dengan teman-temannya.
Menurut
mbak Vera, pada usia tertentu memang anak akan berada dalam suatu fase di mana
ia ingin selalu dianggap oleh teman sebayanya atau biasa disebut peer pressure.
Tugas kita sebagai orang tua untuk menanamkan self esteem atau kepercayaan diri
pada sang anak bahwa memiliki sebuah barang tertentu, tidak akan otomatis
membuatnya akan diterima dalam pergaulan. Wah, PR besar nih untuk para orang
tua.
Program
Digital Financial Literacy for Children dari Prestasi Junior Indonesia
Atas
dasar keresahan para ibu-ibu seperti gue yang kerap kali abai memberikan
edukasi tentang literasi keuangan kepada anak-anak, maka Prestasi Junior
Indonesia bekerja sama dengan Citi Indonesia berinisiatif membuat berbagai
program menarik seputar Digital Financial Literacy For Children.
Program
tersebut ditujukan bagi siswa sekolah dasar kelas 3, 4 dan 5 di Indonesia.
Tujuannya untuk mendorong para siswa mengerti akan literasi keuangan dan hal
lain yang berkaitan dengan industry keuangan, terutama perbankan.
Di
kelas, para siswa diberikan pengetahuan tentang pentingnya menabung, memahami
perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, mengenali metode pembayaran yang
tersedia di pasar, yaitu tunai, kredit dan debit. Para siswa juga mempelajari
pengetahuan kewirausahaan tingkat dasar dengan cara yang menyenangkan dan
interaktid melalui gawai.
Menurut
Ibu Elvera dari Citi Indonesia, pada tahun sebelumnya pembelajaran tentang
literasi keuangan disampaikan melalui buku komik dan teater. Tapi karena
mengikuti perkembangan zaman yang saat ini sudah serba digital, maka programnya
pun disesuaikan. Citi Indonesia membekali setiap siswa yang terlibat dengan
satu gawai, sehingga mereka dapat belajar secara interaktif dan menumbuhkan
kerjasama tim yang baik.
Program
Digital Financial Literacy for Children memiliki tiga modul kegiatan yang
bertema : Keluarga Kami, Daerah Kami dan Kota Kami. Pada masing-masing modul
terdapat pelajaran individu yang telah diselaraskan dengan Kurikulum Pendidikan
Nasional Indonesia. Termasuk di dalamnya adlah konten dan kegiatan yang
berkaitan dengan perbankan, bisnis, karir, kominikasi, oembangunan ekonomi,
uang, produsen & konsumen, sumber daya, pasokan dan permintaan. Selain itu para
bankir muda yang tergabung dalam Citi Volunteers turut terlibat di dalam kelas
untuk membantu siswa dalam menyelesaikan modul.
Gue
menyaksikan sendiri bagaimana para siswa dari SDN 191 Babakan Surabaya dengan penuh
semangat menjalankan program ini. Salah satu tim merencanakan untuk menjalankan
usahanya di Papua dan memutuskan untuk membuka toko emas, karena sumber daya di
Papua adalah emas. Mereka mempresentasikan rencana bisnis mereka secara
spesifik mulai dari nama usaha sampai cara untuk mempromosikan usaha tersebut. Seru!
Kontribusi
Citibank dalam Program Digital Financial Literacy For Children
Selama
ini fokus bisnis Citibank memang selalu mengedepankan digitalisasi perbankan. Menyadari
bahwa kita mulai memasuki era digital, di mana setiap anak familiar dalam
mempergunakan gawai maka melalui Citi Peka (Peduli dan Berkarya) dan bekerja
sama dengan Prestasi Junior Indonesia, Citibank meluncurkan program Digital
Financial Literacy for Children.
Dengan
memanfaatkan tren penggunaan gawai bagi anak-anak ke arah positif dengan
memasukkan modul-modul edukasi keuangan dan pendekatan interaktif yang aman,
komprehensif dan menyenangkan.
Program
yang sudah memasuki tahun ketiga ini merupakan bagian dari salah satu pilar
Corporate Social Responsibility dari Citibank Indonesia, yaitu inklusi keuangan
bagi generasi mudah terutama anak-anak usia Sekolah Dasar. Dengan upaya ini diharapkan para orang tua dapat membimbing anak-anak mereka dalam mengelola uang secara cermat dan tepat guna. Sehingga dapat memberikan manfaat keuangan di masa mendatang.
Jujur saja, sebagai orang tua gue berasa ketampar-tampar banget sih ketika mengikuti parenting talkshow yang diadakan oleh Prestasi Junior Indonesia dan Citibank. Gue baru tersadar bahwa ternyata selama ini gue belum pernah secara serius membahas tentang pengelolaan uang sama anak-anak. Saking polosnya dulu Fathir pernah memuja mesin ATM karena dianggap mesin ajaib yang bisa ngasih duit kapan pun kita butuh hahaha.
Ternyata
memberikan pondasi tentang nilai-nilai keuangan sama anak tuh penting karena
bisa membentuk karakter anak lho. Walaupun dalam hal ini orang tua tetap harus
menjadi teladan. Intinya sih kalau gak mau anaknya boros, berarti ibunya
juga gak boleh konsumtif dong. NAH LHO! NAH LHO!
*duh
hamba jadi ingin uninstall semua aplikasi onlenshop yang hamba miliki tapi apa
daya jemari hamba tydack sanggup melakukannya hahaha*
Sebuah ungkapan yang disampaikan oleh mbak Vera yang masih gue simpan baik-baik dalam hati dan masih teringat sampai sekarang adalah : emosi tidak dijawab dengan konsumsi!
Sebuah ungkapan yang disampaikan oleh mbak Vera yang masih gue simpan baik-baik dalam hati dan masih teringat sampai sekarang adalah : emosi tidak dijawab dengan konsumsi!
Maksud dari pernyataan tersebut adalah setiap anak berhak memiliki emosi baik positif maupun negatif. Merasa bahagia, sedih, cemas, marah dan kecewa adalah emosi yang wajar muncul dari setiap manusia. Anak harus belajar untuk mengenali emosinya sendiri dan harus menyadari bahwa sebuah barang tidak dapat menggantikan emosi. Duh, berharga banget yah ilmunya!
Semoga dengan peran serta orang tua dalam memberikan pemahaman tentang literasi keuangan, kita mampu mewujudkan generasi muda yang lebih baik lagi yah!
Anakku yang paling gede itu kan udah mulai bisnis gitu dari hobinya menggambar. Sekalian aku ajarin untuk mulai investasi reksadana, sisihkan sebagian dari penghasilannya untuk menabung. Dia jadi makin menghargai uang dan kerjanya loh. Dan kebantu banget dengan adanya perbankan dan investasi digital yang sekarang makin mudah aksesnya.
ReplyDeleteIya ya. Dulu pas kecil, kalau ada teman punya barang A, pasti pengen punya juga. Akhirnya minta ortu biar dibeliin. Dan ini juga nurun ke anak kita. Ahahaha. Tapi ortu sekarang kudu lebih bijak dan mengarahkan ke pengaturan keuangan sedari dini dong
ReplyDeleteBerharga banget ilmunya nih terutama buat ortu yang harus menanamkan literasi keuangan pada anak ya. Kalo si kaka penah jualan squisy itu dan uangnya dia tabung buat beli sepatu yang harganya bikin menjerit (kata MakPuh) hahaa
ReplyDeleteWah keren banget ini. Remaja juga perlu banget karena rata2 mulai pegang uang bulanan. Si sulung udah mulai dapat penghasilan dr ngajar & jadi panitia2 gitu, tapi seringnya habis buat jajan bareng gengnya.
ReplyDeleteAnakku lagi ngalami peer pressure ini. Beraat!
ReplyDeleteDia kelas 8 SMP dan biasalah anak segitu yang dipamerin ke temennya gawai terbaru. Dan akhirnya dia cerita lagi dan lagi. Duh!
Emak Bapaknya adj pake HP sampe bisa dilem biru eh dianya minta melulu yang baru.
Tapi salut dengan kegiatan dari Citi Group ini. Jadi membuat ortu makin peduli pada penenaman pengelolaan keuangan sejak dini. Juga mengenalkan pada anak secara langsung literasi keuangan yang sesuai dengan usianya.
hahahha polos banget anaknya mba dikiran mesin ajaib gitu padahal, wkwkwk.
ReplyDeleteBtw program citibank ini keren yah, kapan di mksr diadain jg yah biar bisa belajar langsung
Keren banget ya program ini. Menanamkan nilai2 keuangan dan perbankan ke anak. Yang bikin aku salut, program ini gak ada tujuan terselubung untuk ngajak anak-anak, ortu, atau guru nabung di Citi Bank. Sebab memang, tak ada jenis tabungan untuk mereka. Ini murni kepedulian Citi Bank. mantul!
ReplyDeleteKegiatan yang bagus banget nih dari Citi Group, bisa membuka mata orang tua yang selama ini abai soal hal tersebut. Anak saya baru 4 tahun sih, dia belum kenal uang juga. Tapi gedean dikit saya tetap harus menyampaikan soal pengaturan uang ini pada bocah.
ReplyDeleteWaah nambah lagi nih PR aku nanti kalau punya anak teh, pengelolaan uang sejak dini itu penting banget ya teh ternyata. Sekarang mah infoin dulu ke temen-temenku yang pada punya anak deh hehe
ReplyDeletewah harus mnegajarkan anak-anak dari dini ya biar gak konsumtif juga, secara gak langsung kadang orangtua yang mau kasih ini itu sama anaknya
ReplyDeleteProgram CSR Citibank keren ya, mengajak anak-anak menghargai nilai uang. Anakku yang kecil malah lebih pintar mengelola uangnya. Dia bisa nyimpen duit saku sendiri, nanti tahu-tahu ngumpul berapa ratus ribu. Ternyata ada tambahan duit hasil bantuin bikin desain logo usaha orang tua temannya
ReplyDeleteTambah ilmu lagi nih tentang pentingnya belajar mengelola keuangan sejak dini. Dan orang tua jadi role model ya. Masa mau ngajarin anak tak boleh boros, tapi orang tuanya masih boros. PR besar juga buat aku nih secara aku pun termasuk boros.
ReplyDelete"emosi tidak dijawab dengan konsumsi!" quote ter uhh! banget. jadi pengen un install juga aplikasi2 online shop itu hahha.
ReplyDeleteTernyata bener jg ya, mengajarkan mengelola uang sejak dini. Jadi inget dulu mulai pegang uang jajan uat 5 hari pas udh sma, hehehe.
ReplyDeleteAnakku belum kenal uang sih, tiap dikasih uang juga ga peduli terus dikasihin ke saya atau suami, hahaha. Tapi nyadar juga pelan2 mesti diajarin. Baca tulisan jadi makin merasa makin urgent ngajarin anak supaya melek finansial juga.
ReplyDeleteAku baru dua tahunan ini ngajarin anak-anak yang besar tentang finansial, keuangan gini, biar tau kalau cari uang itu berat dan harus punya simpanan :)
ReplyDeleteMembedakan antara kebutuhan dan keinginan ini yang sudah saya tanamkan kepada Fahmi, sejak ia tahu jajan di warung dan beli mainan di toserba.
ReplyDeleteFahmi juga beberapa bulan lalu masih anggap kalau tidak punya uang katanya gampang tinggal datang ke ATM saja. Haha...
Wah sempat jadi pillow talk bareng suami nih beberapa hari yang lalu
ReplyDeleteSelama ini Prema selalu menitipkan uangnya (pemberian dari kakek/nenek/ saudara/hadiah) ke saya. Mau belanja sesuatu, dia ijin pakai uang itu
Rencananya kami akan mengajarkan dia membuat catatan pembukuan sederhana, biar gak ngandelin ingatan doang
Dan bener banget, sangat perlu membuat anak-anak paham mana kebutuhan, mana keinginan
Makasi sharingnya mbak
Peran orang tua sangat membantu sekali dengan memberikan pemahaman kepada sang anak, agar jd generasi muda yang lebih baik lagi. Aku sangat setuju
ReplyDeleteSangat penting untuk menanamkan literasi digital kepada anak-anak sejak dini. salut sama program ini
ReplyDeleteANak-anak memang harus diajarkan untuk mengelola keuangan sejak kecil ya agar saat dewasa tiba mereka bisa memanfaatkan uang dengan baik
ReplyDeleteAduh saya malu nih. . Belum mahir kelola uang mba, ok tips akan aku gunaoan dan biar uang nggak kaya air numpang lewat ajah
ReplyDeletedari 3 anak, cuma si bungsu yg boros n hobi jajan. dua kakaknya udah bisa ngatur duit n nabung. ee dia mah boro2 nabung wkwkkw. kudu diprogam nih biar nggak boros :D
ReplyDeleteKalau saja dari kecil aku dilatih bisa membedakan keinginan dan kebutuhan, mungkin gaya belanjanya gak kayak sekarang..Habis di jaman ibuku kan gak ada edukasi-edukasi macam gini. Dan terus berlanjut padaku sebagai ibu. Sekarang mau berubah ah ;)
ReplyDeleteNah pas nih sama lagu yuk kita menabung, karena dari semenjak dini saja sudah diajarkan mengenai literasi keuangan 👍
ReplyDeleteWah bagus nih literasi keuangan diajarkan sejak dini. Jd anak2 saat amsih kecilpun udah bisa membedakan mana barang yg dibeli krn kebutuhan mana yang krn cuma pengen ya?
ReplyDeleteAku yang lagi berjuang banget itu ya ngajari self esteem ke anak, bahwa nggak semua hal yang dimiliki temannya dia harus punya. Dan untuk berteman nggak harus punya yang sama dengan teman-temannya. Kebetulan aku tinggal dekat dengan saudara yang mana anak kami otomatis tiap hari main bareng. Nah, anakku kadang suka minta ini itu biar sama kayak saudaranya. Ini challenge banget buatku untuk menjelaskan dan mengajari anak masalah pengeolaan keuangan. Apalagi kalau sudah ada embel-embelnya biar sama kayak saudaranya. Duh, mau nggak mau aku harus ngajak duduk lalu rembugan sama bapaknya juga.
ReplyDeletepastinya seru dech kalau anak-anak diberi materi, Digital Financial Literacy For Children. Sekarang khan serba digital ya mbak, jadi hal-hal seperti ini anak-anak juga mesti tahu
ReplyDeleteKalau anak udah terampil mengelola uang, orang tua juga bernapas lega. Karena anak-anak jadi gak konsumtif :)
ReplyDeleteBelajar mengatur uang memang harus sejak dini ya. Saya aja baru mulai belajar ngatur keuangan setelah kerja dan ngerasain susahnya nyari duit. Hahaha.
ReplyDeleteGak apa2 telat daripada gak sama sekali kan. Alhamdulillah sekarang sudah bisa ngerem pengeluaran dan membedakan mana keinginan mana kebutuhan
Dari kecil selalu belajar hemat, sampe sekarang jadi kebiasaan ngeluarin uang kl bener bener butuh. Buka onlenshop juga kl lagi butuh
ReplyDeleteEmang bener nih belajar kelola uang itu harus dari kecil karena bentuk kebiasaan sih
Memang penting sedari kecil sudah terbiasa mengelola uang. Sedikit demi sedikit, pasti akan bermanfaat disaat d.butuhkan. Jadi ingat dulu waktu sekolah dasar, saya d.ajarkan nabung tiap hari. Dan sampe sekarang masih juga :)
ReplyDeleteAnak-anak juga perlu banget diajarkan mengenal dan memahami beda kebutuhan dan keinginan. Lalu, terus jadi kebiasaan hingga dewasa.
ReplyDeleteAnakku usia 4,5 tahun dan belum ngerti uang karena gak doyan jajan kecuali es krim conello aja 🤣
ReplyDeleteUntuk urusan perhepengan eh literasi keuangan, aku teteup ngajarin dengan cara membuatkan account khusus anak dan tiap bulan anakku nabung ke bank.
Bukan cuma orang tua ya ternyata, anak-anak kudu melek financial sejak dini. Setuju banget buat ngajari mereka mengelola keuangan biar jadi kebiasaan saat dewasa nanti
ReplyDeleteProgram kegiatan ini bagus mbak, aku belom punya anak sih tapi artikel ini bermanfaat banget buat pengetahuan ku, biar bisa mengedukasi anak sendiri tentang keuangan nanti.
ReplyDeleteAcara seperti ini aku selalu suka, banyak ilmu yang didapatkan. Kalau ngomongin mengatur uang, dari kecil anak-anakku sudah diajarkan menghargai uang. Supaya mereka tidak keseringan jajan. KAlau pengen apa-apa, harus nabung dulu.
ReplyDeleteAnak sulung saya umur 7 tahun belum ngerti yang namanya uang nih. Ke sekolah pun selalu bawa bekal, jadi gak pernah jajan sama sekali.
ReplyDeleteSemoga besok besok pas udah kenal uang juga dia tetap ngerti mengelolanya. Gak asal dijajanin.
Ternyata ga hanya irg dewasa ya mba, anak anakpun harus mukai diajarkan mengenaik pengelolaan keuangan. Ini aku dapatkan juga saat membaca salah satu buku financial anak.
ReplyDeletewah pengen deh ikutan kelas begini, anak-anakku belum paham banget mengelola keuangan hehe sejauh ini mulai diajarkan menabung saja sih
ReplyDeleteKeren nih, ngasih pengetahuan dan pembelajaran untuk si anak tentang terampil mengelola uang :D
ReplyDeleteTerbayk sekali :D
Program digital sebagai bentuk edukasi for children memberi konsen yang positif untuk mengelola dan mengatur tata keuangan sedini mungkin untuk lebih menghargai keuangan yang dimilikinya sehingga di pergunakan dengan tepat
ReplyDeleteWajib sih perencanaan keuangan tu. Apalagi sekarang biaya kuliah negeri & swasta sama saja mahalnya, nggak kayak dulu lagi.
ReplyDeleteHaha.... emosi memang tak boleh diredakan dengan konsumsi ya. Kalau gak ya dompet bisa jebol terus.
ReplyDelete