Menghadapi Anak Pre-ABG

Wednesday, June 24, 2015

Belakangan ini, gue jarang sekali posting tentang Kayla di blog ini.

Sebenernya banyak sekali hal-hal lucu & unik yang ingin gue ceritakan tentang Kayla, tapi masalahnya adalah saat ini Kayla mulai memasuki usia yang sedikit ’sulit’, jadi gue harus lebih berhati-hati.
Usianya sekarang sudah 10 tahun dan sepertinya dia sudah mulai menghadapi masa pre-abg gitu lah. Jadi gue pun merasa harus memberikan perhatian lebih buat Kayla.


Eyampun, anak gue bentaran lagi mau abg!



Kalau boleh jujur-sejujurnya, sebagai seorang ibu, gue sering kali merasa parno ketika melihat berita tentang kelakuan abg jaman sekarang. Belakangan ini kalo lagi nonton atau baca berita kita memang harus banyak-banyak Istighfar. Serem-serem bok!
Dan yang lebih serem lagi adalah ketika membaca berbagai berita yang berseliweran di TL baik facebook ataupun twiter. Entahlah itu berita bener atau sekedar hoax. Tapi beneran suka bikin deg-degan.
Dan kalau ada berita tentang kelakuan aneh para abg, selain suka merasa sedih karena membaca beritanya, tapi yang kemudian membuat gue semakin shock adalah ketika membaca komen-komen yang berada di bawahnya. Duh!

Mungkin karena gue juga adalah seorang ibu, jadi yang terbayang di benak gue adalah gimana perasaan ibunya yah?
Kita aja kalau anak kita ketahuan berbuat kesalahan rasanya hati ini udah gundah gulana dan gak enak banget. Yang pasti sih turut merasa bersalah juga karena sudah lalai.
Terbayang gimana rasanya ketika anak kita berbuat salah, kemudian tereskpose di sosial media dan seantero dunia maya pun turut mencerca dan mengecam anak kita. Ouch!

KEKEPIN KAYLA!!

Tapi sekali lagi kita sekarang memang hidup di jaman social media yang mana sebuah berita akan cepat sekali berhembus. Entah beneran atau hoax.

We just have to realize what kind of planet we live in.

Udah gitu aja.

Kayla & Social Media

Mungkin gue termasuk dalam golongan ibu yang cemen dan kebanyakan parno gara-gara social media, sehingga sampai saat ini Kayla masih belum gue berikan smartphone.

Entah dari jaman kapan Kayla meminta untuk dibelikan smartphone karena temen2 sekolahnya kerap kali menanyakan pin bb-nya agar bisa dimasukkan group. Tapi gue masih belum bergeming.

Hape Kayla saat ini hanyalah hape butut yang sekedar bisa dipakai untuk sms dan telfon saja.
Kayla hanya punya akun facebook yang mana penggunaannya selalu gue pantau. Online-nya sekali2 saja dan itu pun gue awasi dengan ketat, selain status2nya, juga timeline-nya.

Bahkan Kayla pun terpaksa gue unfriend dari friend list gue, karena gue merasa bahwa status-status gue kurang pantas untuk dibaca oleh Kayla. Gue pun sedang melakukan screening friend list sih, kalau ada yang usianya masih dibawah umur, terpaksa harus gue unfriend juga.

Ceritanya pengen pake baju couple ama gue!



Ada sebuah kasus yang diceritakan oleh salah seorang tetangga gue. Anaknya tergabung dalam group bb dengan temen-teman sekelas. Tahu sendiri lah yang terjadi didalam group. Mereka pun main ledek-ledekan dan ujung-ujungnya berantem dan saling cela.

Yang membuat situasi semakin parah adalah sang ibu kemudian membaca pesan-pesan tersebut dan merasa gak terima. Di capture-lah semua percakapan tersebut dan kemudian diupload di facebook. Akhirnya masalah pun jadi semakin melebar kemana-mana, bahkan sampai melibatkan guru sekolah.

Dan gue pun semakin parno!

Tentu saja sebagai ibu gue memahami bahwa Kayla pun harus mengikuti perkembangan jaman. Walaupun kalau mengikuti kata hati sih, ingin rasanya Kayla & Fathir itu gue uwel-uwel aja terus masukin toples kue lebaran dan gak usah keluar rumah aja deh…bhahahaha…
Tapi yah gak bisa begitu kan yah. Ehm, bisa gak sih? Hehe…
 *motherhood …oh motherhood…*

Untuk saat ini Kayla gue bebaskan untuk meng-akses internet, mulai dari main game ataupun nge-yutub hanya dari PC yang terletak di ruang tengah saja.

Pasti suatu saat dia akan gue berikan smartphone juga sih, tapi masih belum tahu kapan.
Gue merasa bahwa Kayla harus gue didik dan bekali dengan berbagai macam hal terlebih dahulu sebelum gue beri smartphone ataupun gue ijinkan untuk nyemplung di social media.

Gimana caranya supaya tidak mudah terprovokasi atau belajar untuk tidak menanggapi hal-hal kurang penting dan blablabla lainnya.

Duh, what a huge homework!

Yang membuat hati ini semakin parno!

Di usianya yang baru 10 tahun, gue sangat memahami bahwa Kayla saat ini mulai memasuki usia transisi dari anak-anak menjadi remaja, sudah mulai ada sedikiiiiit perubahan dari tubuhnya yang kemudian mendorong dia untuk bertanya tentang banyak hal yang bikin gue mati kutu…bhahahaha…gugel mana gugel…

Anak-anak jaman sekarang memang lebih cepat dewasa. Katanya sih : 10 is the new 16…oh nooo!
Jadi, selain sangat mengkhawatirkan tentang social media, hal lain yang gue parno-in dari Kayla ketika memasuki masa pre-abg adalah mulai munculnya rasa ketertarikan ama lawan jenis gitu lah…halah…


Lagi sok nulis-nulis nama di pasir...eciye...


Gue berusaha untuk berfikiran terbuka dan menganggap hal tersebut sebagai suatu kewajaran dan tidak berusaha untuk melarangnya. Tapi bukan berarti mengijinkan lho yah!
Kayla gue bebaskan untuk bercerita sama gue saat ini dia sedang suka sama siapa, dan apa alasannya. Pernah gue ceritakan juga sih sekilas tentang hal ini di postingan : Romantika Anak Komplek

Menurut gue, merasakan suka sama seseorang adalah suatu hal biasa dan bukanlah hal yang harus dilarang.
Memangnya kalau gue melarang Kayla untuk menyukai si A, lantas dia akan langsung berhenti suka sama si A? Emangnya lo bisa melarang hati seseorang untuk suka atau berhenti suka begitu saja? Walaupun usianya masih segitu doang?

GAK BAKALAN!!!

Apabila gue melarangnya untuk menyukai si A, gue yakin dia bakalan tetap suka sama si A, tapi yang akan terjadi kemudian adalah dia gak bakalan mau lagi untuk cerita tentang isi hatinya sama gue.
Hal ini-lah yang menurut gue akan jauh lebih berbahaya : ketika dia mulai gak mau cerita apa pun sama gue lagi. Ketika dia mulai membangun dinding tinggi di sekelilingnya dan gue sulit untuk masuk.

Jadi sampai sejauh ini, Kayla gue bebaskan untuk bercerita tentang siapapun yang lagi dia sukai, tapi dengan banyak embel-embel dari gue.

Gue selalu mengatakan kepada Kayla, bahwa wajar-wajar saja untuk menyukai seseorang, tapi tetap ada beberapa hal yang harus dijaga.

Misalnya saja : Mama gak mau kamu berdua-dua sama cowok, harus main bareng2 aja sama teman yang lain, gak boleh cuma berdua aja. Baik di sekolah maupun dikawasan rumah. Dan harus menjaga nama baik keluarga.

Kayla sudah gue ilustrasikan secara mendetail yang dimaksud dengan membuat malu nama keluarga, misalnya ketika ada tetangga atau mama-nya siapa yang melihat kelakuan kamu yang kurang baik.

Pokoknya gak ada yang namanya pacar-pacaran, hanya berteman saja.

Dan tentu saja Kayla juga sudah gue wanti-wanti tentang berbagai sentuhan berbahaya. Bagian tubuh mana yang gak boleh disentuh. Duh, pokoknya banyak embel-embel banget lah.

Dan hal ini selalu gue ulang-ulang terus supaya bisa semakin meresap di hati sanubari Kayla.
Kayla sih selalu manggut-manggut kalau gue kasih tahu, mudah2an aja beneran meresap yah *kemudian parno lagi*

Hal penting yang gue pelajari setelah menjadi ibu!

Ada hal penting yang perlahan-lahan gue pelajari setelah menjadi seorang ibu. Hal ini dulu seringkali gue abaikan begitu saja saking egoisnya.
Satu hal penting yang sangat gue yakini dan ingin gue share buat para ibu yang memiliki anak pre-abg adalah : mari kita belajar untuk mendengar.

Hal ini kayak yang simple, tapi susahnya minta ampun lho!

Gimana caranya supaya anak-anak kita bisa lebih terbuka sama kita, menurut gue kuncinya yah cuma satu : mendengarkan mereka!

Gue berusaha untuk benar-benar mendengarkan cerita Kayla tentang salah seorang teman sekelasnya yang suka iseng dan meledeknya, dan gimana cara Kayla menghadapi anak iseng tersebut.
Mendengarkan ia bercerita panjang lebar sambil melihat raut mukanya dan memandang matanya, tanpa memegang hape atau melirik ke arah tv. Benar-benar fokus mendengarkan.

Ada kalanya ketika ia sedang bercerita, insting posesip gue sebagai seorang ibu nongol, dan gue merasa ingin langsung memotong ucapannya dan langsung memberikan wejangan saat itu juga, ‘kamu harusnya jangan begini, kamu harusnya begitu’.

Tapi gue berusaha menahan diri gue, dan tetap diam untuk mendengarkan ceritanya sampai selesai dengan penuh perhatian. Gue membiarkan dia menceritakan bagaimana dia menyelesaikan masalahnya di sekolah dengan cara dia sendiri.

Gue hanya mendengar.

Dan semua hal yang ingin gue ungkapkan kepadanya gue endapkan dulu dalam hati gue dengan sabar dan baru gue sampaikan beberapa hari kemudian kepada Kayla dalam sebuah obrolan santai. Diselipkan aja gitu, pura-puranya mah gak ada hubungan sama cerita dia waktu itu.

DAN MELAKUKAN HAL ITU SUSAHNYA MINTA AMPUN BOK!!!

Tidak jarang gue mendadak nge-blank gitu ketika mendengarkan curhatan anak-anak. Atau mereka sibuk cerita, gue manggut-manggut sambil ngantuk atau pikiran mulai berkelana entah kemana. Atau godaan terbesar sih, gue selalu pengen motong omongannya. Well, it’s a big no-no.
Sungguh tidak mudah, tapi masih berusaha untuk dijalankan terus sih.

Gayanya udah kayak abg beneran aja sih kamuh!


Menebar Benih
Walaupun dengan melalui berbagai pertimbangan, pada akhirnya gue berusaha untuk menerapkan cara terbuka seperti diatas untuk menghadapi Kayla, tapi tetap aja gue sering berasa galau-galau gak jelas gitu lho.

Gue tentu saja sangat menyadari bahwa gue bukanlah seorang ibu yang sempurna, suka masih banyak khilaf-nya dan anak-anak gue pun jauh banget dari sempurna, tapi gue berusaha sekuat tenaga untuk bisa lebih memahami mereka. Kayla & Fathir.

Dan menurut gue gak ada istilah salah dan benar lah dalam mendidik anak mah, karena pada hakikatnya setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya kan yah?
Jadi gue pun masih belum mengetahui secara pasti apakah cara ini memang merupakan langkah yang terbaik dalam menghadapi anak pre-abg, sampai saat ini gue pun masih meraba-raba.

Yang bisa gue lakukan saat ini hanyalah menanam benih.

Banyak-banyak berdoa saja dan berusaha untuk membuat Kayla merasa selalu dicintai. Merasa dicintai itu menurut gue penting. Karena sebagai orang tua, sudah jelas bahwa kita pasti mencintai anak kita kan yah, tapi belum tentu sang anak merasa dicintai lho.

Dan membuat Kayla merasa bahwa gue, sebagai ibunya akan selalu ada untuknya, apapun yang terjadi.
Cuma itulah bekal yang bisa gue berikan untuk Kayla supaya dia bisa lebih percaya diri dan selalu ada di jalur yang benar dalam menjalani kehidupannya nanti.

Sekarang Kayla masih pre-abg, dan sebentar lagi dia bakalan memasuki usia remaja.

Usia remaja : mood swing, puberty, jerawat, menstruasi, usia mengerikan dimana omongan teman sebaya terasa jauh lebih penting daripada omongan orang tuanya, OMG! *been there, done that*
Mudah-mudahan saja ketika hari itu tiba, gue dan Kayla benar-benar sudah siap untuk menghadapinya bersama.

Mudah-mudahan saja benih-benih yang selama ini gue tanam di hati Kayla bisa memberikan hasil yang gue harapkan ketika saatnya tiba.
OMG, GUE KOK JADI TAMBAH PARNO INIH!!

*postingan ini harusnya gue kasih judul emak-emak parno-an aja kali yah!*
Kayla sama emaknya yang selalu parno!

Bandung 1 Juni 2015

Note : Postingan ini merupakan pidahan dari blog lama gue, buat yang pengen baca komentar untuk postingan ini silahkan mampir kesini yah :)

1 comment:

  1. Salam kenal, Mbak Erry :) Baca tulisan ini jd membayangkan klo semakin besar usia anak itu semakin "berat" ya tugas seorang ibu ^.^ Saya asli Bandung loh, Mbak, cuma skr merantau di ibukota hehe..

    ReplyDelete

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS