Review Buku : Digital Public Relations

Sunday, December 1, 2024

Pada sebuah event, terlontar sebuah pertanyaan yang membuat gue jadi merenung yaitu, “Apakah saat ini posisi blogger mulai terancam?”

Jika dipikirkan lagi secara mendalam, maka pertanyaan tersebut ada benarnya karena saat ini minat masyarakat sudah mulai bergeser. Konten dalam bentuk short video jauh digemari karena isinya lebih padat dan cepat dipahami, walau cenderung bikin orang jadi males yak ahahaha. Hanya dalam waktu sekian detik aja, isi konten langsung dijabarkan. Kalo kurang-kurangnya filter dari kita, bakal banyak hoax-nya tuh!

Berbeda dengan tulisan di blog, yang mana dalam proses membacanya emang butuh waktu. Bahkan untuk menangkap isi tulisan pun butuh usaha.

Prinsip yang selalu gue pegang teguh dalam ngeblog adalah untuk membuat tulisan yang ringan dengan gaya bahasa yang mudah dipahami. Gue menghindari kosa kata sulit atau sok keren yang bikin orang jadi mengerutkan kening. Karena gue ingin menyampaikan sesuatu dengan cara yang membuat orang merasa terhibur. Nyantai aja gitu.

Bahkan ketika mendapat materi yang berat sekali pun, gue akan mengemasnya dengan gaya bahasa yang seringan mungkin. Gue gak pengen orang yang mampir ke blog gue berasa kayak lagi baca diktat atau laporan penjualan rugi laba yang bikin kepala jadi pening hahaha.

Itulah makanya gue yakin, kalo tulisan-tulisan di blog akan tetap mendapat tempat di hati pembacanya. Walau posisi blogger mulai terancam, tapi kalau para blogger mampu beradaptasi dan berusaha untuk meningkatkan skill menulis mereka, blogger bakal survive kok. Gue yakin akan hal itu!

Makanya ketika gue membaca buku Digital Public Relations yang ditulis oleh Dudi Rustandi, gue merasa sangat tercerahkan. Gue mulai menulis di blog sekitar 15 tahun yang lalu hanya dengan modal nekad aja, pokoknya nulis. Di awal ngeblog, semua tulisan gue isinya hanya curhat dan berkeluh kesah, eh tapi sampek sekarang juga masih suka curhat dan ngeluh sih ahahaha.

Namun di buku Digital Public Relations dijabarkan begitu banyak ilmu mulai dari, memahami media digital, corporate blogging, SEO, digital branding dan masih banyak lagi. Kalo kata anak GenZ mah, bukunya DAGING banget gais!


Review Buku Digital Public Relations oleh Dudi Rustandi

Tulisan di awal buku menjelaskan tentang pergeseran fase digital. Mulai dari fase public relation dengan teknologi yang masih konvensional seperti koran, radio atau televisi sampai beralih ke fase public relation dengan teknologi internet (halaman 30).

Kelihatan banget kan tuh perbedaannya, kalo dulu zaman TV dan koran semua bentuk PR hanya satu arah saja sedangkan sejak internet masuk, bentuk komunikasi jadi 2 arah dan tentunya jadi makin kompleks yah.

Setiap brand atau perusahaan mendadak jadi punya karakter melalui personal branding yang mereka bangun. Mereka berusaha untuk membangun relasi sebagai pembuka jalan supaya bisa dapet kepercayaan dan reputasi dari publik. Mereka berlomba-lomba melakukan pendekatan dan membangun komunikasi supaya bisa diterima.

Apalagi hari gini tuh, kita hidup di zaman yang mana konten ’absurd’ gampang jadi viral, setelah viral langsung klarifikasi lagi supaya makin viral, gitu aja terus gak kelar-kelar hahaha.


Di satu sisi, saat ini kita kayak lagi kebanjiran konten ’sampah’ di mana semua orang pengen cepet viral dan cepet dikenal, sehingga kita harus jeli menyeleksi konten yang kita konsumsi. Namun di sisi lain, kemerdekaan dalam membuat konten membuat kita bisa jadi lebih kreatif karena saat ini dunia public relation sudah tidak lagi dikuasai atau dimonopoli oleh media.

Yah, kita jangan mau kalah dan harus ikutan bikin konten berkualitas dong untuk bersaing dengan berbagai konten sampah! Biar para pembaca atau penikmat konten yang menentukan sendiri, konten mana yang ingin mereka nikmati.

Tapi kenapa sih, konten sampah lebih sering viral dan masuk FYP dibanding konten yang beneran berkualitas? Kadang gue suka heran ama algoritma deh. Apakah gue mending ikutan bikin konten sampah aja? ASTAGFIRULLAH ahahaha (BERCHYANDA!)

Bagian lain yang menarik dari buku ini adalah pembahasan tentang kekayaan konten (halaman 65). Seperti yang tertulis dalam buku, gue juga termasuk orang yang meyakini bahwa ‘content is the king’. Kunci sukses dalam pembuatan konten adalah kedalaman dan interaktivitas terhadap konten. Ini gue setuju banget sih!

Sebagai blogger kadang gue merasa bahwa sebenernya keterampilan menulis tuh emang penting, tapi yang jauh lebih penting adalah kita harus punya kemampuan untuk berkisah atau bercerita. Gimana caranya kisah yang kita tuliskan dapat menyentuh hati pembacanya. Gimana caranya pembaca bisa merasa relate atau terhubung dengan hal-hal yang kita tuliskan.

Hal ini selalu gue terapkan setiap kali menulis review tentang drama Korea. Gue gak sekadar menuliskan sinopsisnya aja, tapi opini dan sudut pandang gue pada plot drama tersebut jauh lebih penting. Dengan cara itu tulisan kita akan punya keunikan tersendiri.

Seperti yang tertulis dalam buku, bahwa sebuah blog pada dasarnya ditulis secara individu. Fokus utamanya adalah membuat konten yang mendefinisikan jenama personal – bukan penjualan (halaman 166).

Membaca buku Digital Public Relation yang ditulis oleh Dudi Rustandi, bagaikan angin segar yang berhembus di sela-sela kejenuhan gue dalam menulis blog. Perasaan terancam karena blog perlahan tapi pasti mulai tersisih dengan platform lain yang jauh lebih happening, seperti X twiter, instagram atau tiktok.

Walau gue juga memiliki media sosial lain tersebut, tapi gue selalu menganggap instagram, twiter dan tiktok hanya sebagai tangan dan kaki yang bisa membawa gue berjalan-jalan di dunia digital. Tapi hati gue mah tetap berada di blog kok!


20 comments:

  1. Yang aku tau dulu itu bi ery suka nulisnya humoris gitu dikemasnya jadi lebih mudah dibaca & ditangkap tulisannya.
    Benerbanget sekarang banayk orang suka nonton short video gitu males nonton yg panjang-panjang.
    Bener banget kita jangan mau kalah harus upgrade diri & belajar trus biar bisa mengikuti perkembangan zaman

    ReplyDelete
  2. Review buku ini insightful banget! Jadi tahu bahwa peran PR di era digital itu lebih dari sekadar komunikasi. Poin tentang pentingnya storytelling di digital media benar-benar menarik perhatian

    ReplyDelete
  3. Kalau saya pribadi tetap menyukai blog. Karena lebih minim konten sampahnya daripada di medsos. Suka juga menonton short video sebagai selingan. Tapi, saya agak batasi, deh. Karena dampaknya gak bagus, bikin susah fokus kalau keseringan nonton short video

    ReplyDelete
  4. Nggak tau ya, rasanya dari dulu suka banget sama kemasan blog. Cerita apa aja bisa, yang pening jangan alay aja. Tulisan yang berat tapi dikemas dengan ringan dan bahasa yang mudah dipahami pasti akan ada yang baca

    ReplyDelete
  5. Kalau sebagai blogger kita nemulis di blog bisa berdasarkan pengalaman maupun story telling yang tepat. Kalau saat membuat konten video beda lagi ya tetapi sama-sama harus bisa membuat paham penikmatnya. Ilmu public relation ini penting baik secara offline maupun online. Ya itu dia kenapa konten sampah lebih cepat viral dibandingan yang berkualitas hihihihi....

    ReplyDelete
  6. Teh Ery, kayaknya aku wajib baca buku Digital Public Relation dari Dudi Rustandi biar bisa mendapatkan pencerahan juga dalam kaitan dengan eksistensiku dunia blogging yang pastinya erat dengan dunia digital

    ReplyDelete
  7. Setujuuu, yuk, kita jangan mau kalah! Kita bikin konten berkualitas untuk bersaing dengan berbagai konten yang ada ada dan serahkan pada penikmat konten, mana yang ingin mereka nikmati.

    ReplyDelete
  8. buku yang menarik banget nih apalagi buat blogger dan konten kreator kayak kita ya, mbak. pastinya banyak banget nih ilmu baru yang didapat dari buku ini

    ReplyDelete
  9. Nama si penulis buku terasa familiar ya...btw teh Ery mah kalau nulis asyik, santai tapi ngena bahasanya. Jangan pindah haluan bikin konten yang nyampah ya Teh hahahaha

    ReplyDelete
  10. Review buku yang sangat bermanfaat dan juga menambah wawasan seputar pentingnya PR di era digitalisasi dan bener adanya content is king. Tantangan masa kini, bagaimana caranya menciptakan konten yang menarik dengan optimasi storytelling.

    Meski kadang kesel juga sih ngeliat konten sampah tapi malah FYP, mau heran ini nyata. Semoga saja segala upaya creator yang berusaha effort hasilkan konten berfaedah bisa semakin UP di mata algoritma hehehe.

    ReplyDelete
  11. Nah ini ilmu daging buat kita blogger, biar dalam penyajian konten ada hal uniknya. Karena lewat yang unik itu juga membuat orang-orang mudah ingat sama kita. Personal branding ini yang perlu dikuatkan ya

    ReplyDelete
  12. Sama, Teh, awalnya saya memanfaatkan blog untuk aktivitas tulis menulis aja.
    Nah, belakangan saya malah tau ternyata tulisan di blog juga merupakan terobosan dalam bidang Public Relation digital. Tulisan di blog bisa jadi ujung tombak dalam menyampaikan pesan perusahaan kepada khalayak umum. Alhamdulillah kalau tulisan kita bisa bermanfaat untuk pembaca.

    ReplyDelete
  13. Sama Teh. saya juga nulis blog kedok biar bisa curhat aja. Hehehe...
    Kesini ada istilah keren, gaya story telling cenah... Ya udah sekalian belajar lagi aja
    Tapi kekeuh keluarnya mah curhat lagi curhat lagi

    Buku Pak Dudi ini kalau dikemas dengan cerita blog seperti ini jadi ringan kan bacanya. Coba kalau baca di koran, pasti jadi berat ya terasa

    ReplyDelete
  14. Wah molly jadi penasaran ingin baca bukunya juga. Relate bgt sama pekerjaan blogger dan konten kreator nih soalnya.

    ReplyDelete
  15. Ih bener banget mak, sekarang tuh emang banyak banget konten sampah. Kadang suka kesel kalau pas lewat di fyp. Itu sebabnya aku masih nyaman ngeblog karena orang-orang yang baca blog tuh emang orang yang benar-benar mencari informasi.

    ReplyDelete
  16. Bener banget mak, sekarang tuh banyak banget konten sampah di medsos. Selain itu, sepertinya medsos mulai jenuh karena banyak kreator yang bikin kontennya sama semua. Jadinya nggak ada sesuatu yang unik. Makanya aku masih nyaman dengan blog karena pembaca blog tuh emang orang-orang yang mencari informasi, bukan sekadar hiburan semata.

    ReplyDelete
  17. Kadang suka sedih kalau dibilang blogger kini semakin redup.
    Padahal kalau ditekuni, bisa jadi menyenangkan jugaa.. karena tetap bisa berinteraksi dengan pembaca organik.

    Buku Digital Public Relations karya Kang Dudi Rustandi ini menjadi ilmu yang dibutuhkan siapa saja yang kini menekuni dunia digital. Semua orang punya HP dan semua orang bisa membuat konten terbaik versi mereka.

    ReplyDelete
  18. Buat saya perkembangan di era digital disesuaikan aja ya kalau kemasan blog oke, buku digital jg oke , nyaman nyaman aja selama story tellingnya runut

    ReplyDelete
  19. Aku tuh kadang pengen nulis sesuattu yang lagi viral dari sudut pandangku tapi males dengan keributannya dan lebih males lagi mikirnya hahaha. Dah cape-cape mikir terus jadi rusuh kan capenya berlipat-lipat. Jadi ya udah lah nulis yang fun dan enjoy, ga usah ribet kayak laporan rugi laba itu :D

    ReplyDelete

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS