Berhubung kerjaan gue gak jauh-jauh dari media sosial, mau gak mau gue memang harus mengamati pergerakan timeline di media sosial.
Sebenernya dengan adanya media sosial, pintu kesempatan tuh bagai terbuka dengan sangat lebar di depan mata kita. Kalo dulu untuk dapetin berbagai informasi, kita harus nonton TV atau beli media cetak, sekarang mah tinggal klik-klik pake jempol aja. Hanya bermodalkan kuota atau nebeng wifi.
Berbagai jenis pekerjaan yang dulu mungkin gak terbayangkan, berkat adanya media sosial sekarang mulai bermunculan. Siapa sih yang menyangka bahwa dengan menulis dan foto-foto di rumah aja, sekarang bisa menghasilkan rupiah? Travelling bisa dapet duit, bahkan review makanan dan skincare bisa dapet duit. Dulu sih mana kepikiran yah?
Dulu kita sih mikirnya kalo mau dapetin duit tuh harus pergi bekerja di pagi hari dan pulang sore. Kemudian dapet gaji setiap bulan. Tapi sekarang zaman sudah berubah dan kalo gak mau ketinggalan, yah kita juga harus mau mengubah cara berpikir kita juga dong yah.
Bijak Bermedia Sosial dalam Mewujudkan Karakter Bangsa
Namun kemudahan dalam mendapatkan informasi seharusnya sih berbanding lurus dengan kebijakan kita dalam menanggapi informasi tersebut.
Hari gini banyak sekali netizen yang mudah terpicu, kemudian ujug-ujug emosi ketika menerima informasi. Kalo gak sependapat, bawaannya nge-gas. Kemudian ribut-ribut di timeline. Seakan-akan semua mahluk di semesta raya ini harus memiliki pendapat yang sama dengan dirinya. Lah? Kenapa sik?
Aneh banget deh, semuanya dipermasalahkan mulai dari hal yang prinsipil sampai yang paling receh. Entah karena kelebihan energi atau emang pada dasarnya pengen berantem aja sih hahaha.
Selain masalah SARA yang emang fundamental banget, hal receh kurang signifikan seperti bubur diaduk dan gak diaduk aja bisa jadi bahan perdebatan panjang di media sosial. Ampun deh. *aniwey, makan bubur tuh paling enak rapi dan gak berantakan sih hahaha*
The Power of Bhineka Tunggal Ika
Makanya gue senang banget ketika berkesempatan untuk hadir di acara gathering Netizen MPR dengan tema The Power of Bhineka Tunggal Ika : Bijak Bermedia Sosial dalam Mewujudkan Karakter Bangsa.
Acara yang diadakan pada hari
Sabtu, tanggal 18 September 2021 di Hotel Crowne Plaza tersebut dihadiri oleh Ibu
Siti Fauziah, S.E, M.M (Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Sistem Informasi
Sekretariat Jenderal MPR RI) dan Bapak Budi Muliawan S.H, M.H (Kepala Bagian
Pemberitaan dan Hubungan Antar Lembaga) sebagai nara sumber.
Dipandu oleh Mbak Nurliya Apriyana, S.E, M.M (Dosen Vokasi UI dan Pegiat Literasi Media Sosial) sebagai moderator dan Raja Lubis perwakilan dari blogger Bandung sebagai pembawa acara.
Setelah berbulan-bulan terkurung di rumah, akhirnya gue memberanikan diri untuk hadir di event offline, tentu saja dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat lho yah. Semua peserta yang hadir juga diperiksa suhu tubuh dan mengenakan masker selama acara berlangsung.
Acara dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Para peserta tetap bersemangat untuk bernyanyi walo wajah ketutupan masker hehehe.
Selain mendapat banyak materi yang mencerahkan seputar bermedia sosial, kita juga banyak berdiskusi tentang trend yang terjadi saat ini di media sosial. Gimana caranya supaya akun official MPR RI bisa lebih diterima oleh generasi millennial bahkan generasi Z.
Ibu Siti Fauziah juga menekankan betapa pentingnya menjaga etika dalam bersosial media. Selalu menyaring setiap informasi yang kita terima sebelum menyebarkannya agar pada akhirnya tidak menjadi hoax.
Mengingatkan kita kembali akan 4 Pilar MPR RI yang menjadi pedoman dalam kehidupan yaitu :
- Pancasila
- UUD Negara Republik Indonesia 1945
- NKRI (Negara KEsatuan Republik Indonesia
- Bhineka Tunggal Ika
Sedari dulu negara kita memang penuh dengan kebhinekaan, mulai dari suku, agama dan ras. Namun hendaklah perbedaan tersebut tidak membuat kita jadi tercerai-berai. Menghargai setiap perbedaan yang kita miliki, karena berbeda itu tidak apa-apa. Perbedaan justru akan membuat hidup kita jauh lebih berwarna.
Diskusi Seru Bersama MPR RI
Selain membahas tentang perkembangan media sosial, kita juga berdiskusi seru ngebahas tentang akun media sosial yang dimiliki oleh MPR RI baik di twiter mau pun di instagram.
Sampai saat ini sih berdasarkan pengamatan para netizen MPR RI konten yang dibuat di akun tersebut masih terlihat kaku baik dari segi bahasa mau pun visual sehingga kurang menarik minat para netizen.
Berbagai usulan diajukan oleh para netizen MPR RI yang memang terdiri dari para konten kreator seperti blogger, influencer, youtuber dan selebgram. Saat ini konten visual berupa microblogging dan storytelling sedang nge-heits banget di media sosial sehingga hal ini sempat diusulkan.
Selain itu bagaimana caranya menyampaikan konten dengan materi yang berat tapi dikemas secara ringan agar bisa lebih diterima oleh para netizen. Apa lagi saat ini sepertinya para netizen enggan untuk menerima konten yang terlalu serius, konten receh jauh lebih digemari. Jika kita ingin mendobrak pembatas dan konten kita lebih diterima, yah memang kita harus bisa menyesuaikan dengan zaman sih.
Masih banyak lagi saran dan kritik yang disampaikan oleh netizen MPR RI dan semuanya ditampung serta diterima dengan baik. Semoga ke depannya akun media sosial MPR RI bisa lebih diterima oleh para netizen terutama generasi muda yah.
kayak teteh ya, mengemas sesuatu yang serius dengan kocak jadi pada seneng nongkrong di IG sama blog teteh hehee
ReplyDeleteWah keren banget nih, jadi lebih memahami dan menyebarkan arti Bhineka Tunggal Ika itu sendiri ya.
ReplyDeleteSeru pula acaranya :)
Materi berat disajikan ringan itu pas banget buat netizen zaman now :)
semoga kuping panas yang dirasakan MPR kali ini bisa diterima dengan baik dan ada implementasinya meski hanya satu atau dua masukan kemarin ^_^
ReplyDeleteSetuju, konten yang serius kalo disampaikan dengan cara yang santai, kayanya lebih ngena untuk millenials
ReplyDeleteSeru banget ya teh acaranya, banyak insight yang bisa diambil nih, tentang cara bermedia sosial yang baik.
ReplyDeleteBetul mba, kita harus bijak dlm bermedia sosial. Yang bahaya adalah ada orang yang bayar orang lain buat nyebar hoax. Ngeriii... Mungkinkah ada?
ReplyDeletewogh, keren ya ini acaranya.. bahasannya berat tapi terlihat dikemas dengan santai.. semoga banyak insight yang dapat diambil dari masing2 pihak ya..
ReplyDeleteBener Teh, konten yang terlalu serius dengan tema yang berat memang kurang dapet perhatian dari netizen. Memang sebaiknya konten dibuat menarik dan dikemas secara ringan.
ReplyDeleteIya ya Bahasa di medsos MPR masih terkesan kaku. Mungkin karena ini lembaga negara ya mba jadi satu sisi juga menjaga ya. Senangnya kalau lembaga seperti MPR membuka diri untuk lebih mengenal dan dikenal netizen :)
ReplyDeleteWah acaranya menarik juga ya, semoga bisa roadshow ke kota-kota lain
ReplyDeleteBeneeeer, bahasa di medsos MPR masih cenderung kaku ya.... Semoga ke depan bisa makin luwes dan bisa menggunakan medsos sebagai salah satu komunikasi publik dengan optimal ya Teh....
ReplyDeleteMenarik ya acaranya. Btw, aku setuju ama saran-sarannya. Emang seharusnya konten berat itu disampaikan dengan cara menarik dan ringan ya.. Biar lebih mengena. Kalo disampaikan dengan bahasa yang juga berat, orang udah males duluan 😁😁
ReplyDeleteCakep banget nih dengan bersosial media baik maka hidup kita akan bisa berkawan bukan cari musuh
ReplyDeleteAiih senengnya ya mba udah bisa kumpul2 dengan sesama blogger gini. Materinya pun oke, bisa ngasih masukan juga ya ke MPR tentang kemasan contentnya. Iya, kalau materi yang disampaikan di web maupun medsos bahasanya lebih luwes, bakalan lebih mengena. Disesuaikan dengan jamannya ya istilahnya gitu.
ReplyDeleteSekarang bangun tidur bisa langsung kerja ya gak usah pergi keluar rumah, jaman udah berubah & kita pun mau gak mau harus ikut mengubah cara berpikir.
ReplyDeleteDalam bersosmed juga harus bijak ya sesuai dengan Bhineka Tunggal Ika & karakter bangsa
Bagus nih acaranya.... Seseruan bermanfaat. Angkat topi deh buat MPR yang mau membuka diri seperti ini...
ReplyDeleteHidup Bhineka Tunggal Ika... kita harus benar2 paham maknanya
ReplyDeleteBagus pertemuannya mbak, memang seharusnya MPR sebagai wakil rakyat banyak mendengarkan saran dari netizen/rakyat. Jangan top down terus tapi juga down top agar balance.
ReplyDelete