Gue bersyukur karena bisa hidup dalam suatu era di mana informasi sangat mudah untuk didapat, cuma modal kuota dan niat browsing aja.
Istilah kesetaraan gender saat ini sedang digaungkan dimana-mana. Berkat media sosial yang mudah sekali diakses kita jadi semakin disadarkan dengan berbagai macam stigma yang beredar selama ini tentang perempuan.
Stigma yang paling erat melekat di perempuan selama ini sih, bahwa posisi perempuan hanya sub-ordinasi aja atau bukan sebagai pengambil keputusan dan perempuan gak lebih dari sekadar pabrik anak. Males banget sist! Perempuan kalo mengerti tentang seks, kesannya tuh jalang dan binal. Padahal kan emang kita perlu tahu dong tentang seluk beluk tubuh kita sendiri termasuk organ reproduksi kita.
Kebetulan sekali gue hadir di acara Temu Blogger Kesehatan dalam Rangka Hari Ibu yang dilaksanakan pada tanggal 22 Desember 2018 bertempat di Savoy Homan Bandung.Tema yang diambil sangat menarik yaitu Dengan Kesetaraan Gender Wujudkan Kesehatan Keluarga.
Topiknya berasa jleb sekali buat gue karena saat ini kebetulan anak perempuan gue Kayla udah mulai beranjak remaja. Saat ini gue udah mulai banyak ngobrol dengan Kayla tentang pendidikan seks dan tentu saja tentang kesetaraan gender. Duh, jangan sampai deh anak gue terjebak dalam suatu pernikahan di mana sang suami diktator dan gak paham dengan kesetaraan gender.
Salah satu nara sumber yaitu drg. Widyawati sebagai Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI menjelaskan bahwa saat ini sosial media sudah begitu melekat dengan kehidupan kita, sehingga para blogger diharapkan bisa menjadi Duta Digital yang bisa menyebarkan konten positif seputar kesehatan. Saat ini tema kesehatan paling enak buat digoreng dalam bentuk hoax. Ada 27% dari sekitar 1000 berita hoax seputar kesehatan. Kesehatan menempati posisi ke 3 yang paling sering diserang hoax selain isu politik dan sara. Nah yang kayak begini nih harus dilawan.
Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Provisi Jabar yaitu dr. Juanita menjelaskan tentang berbagai macam bentuk ketidaksetaraan gender yang beredar selama ini dan sebagai seorang ibu yang memiliki anak perempuan, hati gue menjerit. Pernikahan anak, kehamilan yang tidak diinginkan, kesehatan seksual dan reproduksi, kematian ibu dan bayi dan masih banyak lagi.
Sampai saat ini pun bagi beberapa pihak, pendidikan seksual tuh masih dianggap tabu dan porno. Perempuan diharap cuma sekadar nerima aja dan gak paham tentang organ reproduksi.Lebih miris lagi lelaki pun belajar tentang seks dari film bokep atau stensilan.
Salah satu bentuk kesetaraan gender yang paling mendasar di bidang kesehatan adalah masih banyak perempuan yang belum paham tentang hak reproduksi.Ini parah bener! Perempuan tuh berhak untuk punya 'suara 'dalam merencanakan kehamilan lho, karena kehamilan yang tidak diinginkan tuh pengaruh banget ke tingkat kematian ibu dan anak. Nah lho!
Ibu-ibu hamil juga berhak untuk mendapat edukasi tentang kehamilan lho. Harus pada paham tuh tanda-tanda bahaya pada kehamilan. Kalau udah kelihatan gejalanya, para ibu harus berani mengambil keputusan dan bertindak untuk dirinya sendiri.
Hak reproduksi juga termasuk untuk memilih alat kontrasepesi yang diinginkan lho. Sampai saat ini sih alat kontrasepsi yang tersedia masih kurang setara, karena kebanyakan diperuntukkan untuk perempuan. Tuh kan.
Pemerintah melalui Kemenkes pun tidak tinggal diam dan terus bergerak membuat berbagai program untuk masyarakat. Mulai dari Suami Siaga, Gerakan Sayang Ibu, KEKASIH, P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) serta masih banyak lagi.
Perempuan yang sedang atau kelak menjadi seorang ibu merupakan ujung tombak keluarga sehat. Semoga dengan adanya kesetaraan gender, kaum perempuan bisa membangun keluarga yang sehat dan berkualitas.
Wah, bagus tulisannya Mbk, opininya rapi. Selamat ya Mbk tulisannya menang.
ReplyDeleteMaterinya bagus banget Teh, aku setuju nih emang kesetaraan gender penting banget.
ReplyDeleteSetuju, keluarga sehat, anak bahagia, suami bahagia itu berawal dari ibu yang sehat dan hebat.
ReplyDeleteSetuju banget Teh, menikah dan punya anak bukan berarti berhenti berkarya dan berprestasi apalagi ini menyangkut kesehatan keluarga ya, banyak banget ibu2 tugasnya
ReplyDeleteWaagelaseh, tulisan 30 menit kurang ini... berisi banget. Iya teh.. tapi emang si ibu yanv harus lebih aware dan ngeh sama kesehatan reproduksinya ya.
ReplyDeleteBibii ntar share juga gimana cara ngasih sex education ke anak, kadang suka bingung.
ReplyDeleteHuhu, aku ngeri dengan fakta pornografi di kalangan anak-anak. Sereeeeem :(((
ReplyDeleteSenengnya bisa belajar banyak langsung dari ahlinya ya Teh
ReplyDeleteAda caranya biar gak usah pake KB, coitus interuptus. Tapi butuh suami yg proaktif mau pake cara itu heuheh
ReplyDeleteSwmoga bisa menjadi ibu yg hebat itu ya..hehe..acara seru yaa..
ReplyDeleteLagi berdoa nih teh semoga nanti punya suami yang pikirannya terbuka sama kesetaraan gender. Soalnya aku nggak sanggup kalau cuma jadi IRT dan nggak bisa berkarya๐
ReplyDeleteMantul ๐๐
ReplyDeleteEdukasi tentang kesetaraan gender dan organ reproduksi ini memang sangat penting, Teh. Laki dan perempuan sama-sama diedukasi biar terbuka dan saling menghormati :)
ReplyDeleteIbu-Ibu memang selalu hebaaat :')
ReplyDeleteBeneran jadi was was sendiri teh kalo inget fakta pornografi yang kian hari semakin menyeramkan. Sebagai seorang ibu harus jadi lebih waspada
ReplyDelete